-
cirrusskill8 posted an update 3 years, 4 months ago
SariAgri – Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko membeberkan lima persoalan yang masih dihadapi pertanian Indonesia. Salah satunya persolan tanah. "Pertama persoalan tanah. Tanah kita itu sempit, khususnya di Jawa. Ini memang ada kondisi paradoks, di Jawa tanah sempit penduduk banyak, di luar Jawa lahan luas penduduk sedikit," ujar Moeldoko dalam acara Indonesia Food Summit 2021, Selasa (25/5/2021).
Kondisi luasan tanah pertanian dinilainya telah mempersulit kinerja petani nasional. Selain luasan, persoalan dalam pertanian adalah sebagian besar tanah pertanian sudah rusak. Menurut dia, penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan telah merusak tanah di masa depan. "Tanah di Jawa sudah sempit, rusak lagi tanahnya. Karena penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan, uncontrol. Berita Pertanian Terkini Tidak menghiraukan bagaimana nasib tanah ke depan," ungkapnya. Persoalan kedua, lanjut Moeldoko, adalah permodalan. Hingga saat ini petani belum menyerap maksimal Kredit Usaha Rakyat (KUR) petani yang telah disiapkan pemerintah.
Berita Pertanian "Pemerintah telah siapkan KUR. KUR yang disiapkan itu Rp50 triliun lebih tapi daya serapnya tidak seperti yang dibayangkan karena masyarakat kita tidak bankable," ujarnya.Baca Juga: Untuk Hasil Terbaik, Ini Tips Budidaya Melon Golden dari Petani Pandeglang Box Garden, Solusi Bertani untuk Lansia dari Petani Bule
Persoalan ketiga terkait teknologi di mana petani Indonesia kurang bisa menyerap dan memanfaatkan teknologi yang terus berkembang pesat sehingga kerap kali tertinggal. Persoalan keempat adalah manajerial. Petani Indonesia terbiasa tidak memanage sesuatu termasuk dalam bisnis pertanian sehingga hasil pertanian tidak optimal. "Sehingga pertanian tidak mengerti berapa itu modal yang harus dikeluarkan hitungan hitungan seberapa. Jadi tidak terhitung dengan baik. Bagaimana cara manage memupuknya tanggal berapa, jam berapa, tidak seperti itu. Tidak memiliki SOP rigid," katanya. Persoalan kelima adalah pasca panen. Dikatakan Moeldoko losses saat panen bisa mencapai 10 persen dipicu penggunaan alat yang belum modern. "Kita tidak sadar ada losses-nya itu 10 persen. Dengan cara modernisasi menggunakan alat harvester itu menjadi menyusut 3-4 persen itu losses," tambahnya. Moeldoko mengungkapkan di masa panen persoalan yang kerap terjadi adalah harga. Petani sering berteriak karena harga yang ditetapkan terlalu rendah, sementara pemerintah mengatakan tergantung pasar. "Persoalan harga, kita sering teriak harga tetapi pasar mengatakan yang menentukan antara suplai-demand. Berita Pertanian Terkini Dalam konteks ini saya sebagai ketua HKTI perlu mengkritisi kepada pemerintah Mendag karena mengeluarkan harga eceran beras medium dan premium. Petani saya mensubsidi orang kaya," pungkasnya.
Video terkait: